Alkisah, waktu ultah Timmy dapet (lebi tepatnya, minta) hadiah alat lukis dari Adi, adikku. Sebagai keponakan satu-satunya sampai dengan saat ini, paman yang satu ini belinya ga maen-maen. Cat minyak 18 warna, kuasnya 3 biji, kanvas 3 biji juga, trus stand buat nyangga kanvas n piring buat naro cat (sori, istilahnya apa, ga inget).
Setelah ada perlengkapan lukis itu, ternyata yang tersulut jiwa nyeninya ga cuma Timmy. Adi n Elta (dua sejoli) memberikan torehan di kanvas, ditambahi oleh Tanti (pas maen ke rumah sehabis jadi MC ultah Timmy), dan ditimbrungi oleh Timmy. Ok, jadilah lukisan pertama. Lukisan pemandangan khas lulusan TK/SD di Indonesia jaman aku. Yang ada gunung 2, matahari, awan, pake jalan yang menyempit model perspektif, ada burungnya, n ada pak tani dan sawahnya. Untung Timmy ga sekolah kayak sekolah Mami n Omnya. Jadi agak ketolong dah, lukisan itu. Ga standar-standar amat.
Berikutnya, Timmy ngelukis sendiri. Hmm, ok d, aku ngaku. Aku berpartisipasi sedikiiitt. . . Ngelukis di kanvas ternyata asik juga. Ada emosi-emosi yang terlepas. Lukisan yang ke dua ini tentang farm, tapi khas Timmy. Artinya, ada tambahan gambaran beberapa inventions yang dia pingin bikin.
Naa, karena 2 kanvas udah kepake, jadilah sisanya yang 1 itu disayang-sayang, sampai datanglah suatu hari saat Timmy dah gak tahan lagi untuk ga nggambar.
Pagi-pagi waktu kita mau ke gereja, ada cewek duduk di deket rumah pake jengkok lagi nggambar. Dari mukanya Timmy, udah keliatan kalo dia pingin nimbrung, tapi waktu disuruh tanya ke si cici, Timmy malu.
Walaupun demikian, pas pulang gereja dia langsung kepingin ikutan. Si cici masi ngegambar, tapi udah pindah posisi. Waktu aku intip, ternyata dia ngegambar daun. Wah, main makro ni.
Ok, back to Timmy. Dia ikutan nimbrung ngelukis pake kanvas terakhirnya. Kalo si cici (belakangan diajak kenalan sama Timmy, namanya Cheryl) ngegambar daun, Timmy gambar pohon. Asik banget mereka berdua ngelukis di depan rumah. Demikianlah, akhirnya nasib si The Last Canvas ditentukan. Timmy ngegambar dengan asiknya sampe-sampe kuasnya diganti pake jari . . . .